Kasihan Atau Adil? Pilih Yang Mana?

Sebuah pesan WA masuk.
"Rindunya belum tuntas" Aku tersenyum kecil membaca pesan dari sohibku
"Sepertinya kasihan saja dengan saya" Balasku padanya
Lalu tiba-tiba terpikirkan tentang rasa kasihan sebagai salah satu bentuk cinta. Dan mulai merenung...

Kalau menghadap Allah nanti,
Kamu memilih dikasihani atau diperlakukan adil?

Kalau kamu mencintai/dicintai
Kamu memilih cinta dengan rasa kasihan atau cinta yang adil?
Rasa-rasanya, kebanyakan orang akan memilih perlakuan yang adil. Mungkin karena dari kecil kita selalu mendengar kalimat "harus adil" atau "biar adil", dan kata kasihan terasa lemah dan rapuh.
Padahal kalau dipikir-pikir lagi, kita gak bakal kuat deh kalau segalanya diperlakukan secara adil. Ya nggak? Coba kita bahas ya.

Dari sisi dunia dulu deh, perihal cinta mencintai yang hanya melibatkan 2 insan manusia.
Kalau kita memilih cinta karena kasihan, bisa jadi ada tanggapan "masa kamu cibta dia karna kasihan?" atau "kok mau sih dicintai karna kasihan?" Padahal ternyata kita memang memerlukan rasa kasihan itu dalam komitmen panjang urusan cinta-mencintai.
Saya teringat kembali sebuah quotes dari Syameela series oleh ustadz Oemar Mita, yang pernah saya unggah di status WA dan mendapatkan berbagai macam respon. Mungkin karna waktu itu masih lajang tapi ngomong soal cinta. Bunyinya begini. "Mencintai itu berat. Sebab ia melibatkan seni memahami dan memberikan udzur berlimpah. Beda dengan membenci yang hanya perlu emosi" 
Sebuah quotes yang saya unggah sebab terasa benar sekali bahwa ketika kita mulai sayang terhadap sesuatu, kita akan memberikan banyak pemakluman atas kesalahan-kesalahan yang bisa ditolerir. Atau bahkan menutup mata, memaafkan atas semua kesalahan karna kita memahami kenapa ia melakukan itu. Dan itu bisa terjadi karna ada setitik rasa kasihan. Kasihan pada orangnya, kasihan pada diri kita sendiri, kasihan pada orang-orang sekitar.
Nah, bicara tentang rasa kasihan, ustadz Fekix Siauw pernah menukil tulisan Buya Hamka; seorang sastrawan Sumatera yang terkenal juga dengan kesolehannya.
"Dan cinta, adalah melalui beberapa pintu. Ada dari pintu sayang, ada dari pintu kasih, ada dari pintu rindu. Tetapi yang paling aman dan kekal, adalah cinta yang melalui pintu kasihan itu" Kenapa? Kenapa dengan rasa kasihan? Kenapa dengan sikap memberikan udzur berlimpah? Karna itu semua adalah sikap-sikap yang tidak melibatkan satu kepentingan apapun, tidak mengharapkan balasan apapun, penuh kemurahan hati dan rasa iba, dan bahkan mungkin tak melibatkan fisik yang dapat berubah ini. 
Bukankah indah? Ketika kita dipahami, dimengerti, diterima, dimaafkan, dikasihi oleh orang terdekat yang memang kita harapkan untuk jadi seseorang yang paling tau segala bentuk susah, senang, sedih, tawa, bahkan aib-aib kita?

Bayangkan kalau kita ingin diperlakukan/memperlakukan secara adil. Berarti kita ingin segala sesuatunya dipertimbangkan, dihitung, lalu dibalas sesuai takarannya. Susah sekali kalau sudah begitu. Suami sudah bekerja mencari nafkah, jadi istri harus beberes rumah sendiri. Suami lernah mukul istri, jadi istri boleh memukul suami atau sebaliknya. Suami pernah memaafkan sebuah kesalahan istri, jadi istri juga harus memaafkan satu kesalahan suami. Nah, kan jadi susah ngitungnya. Memang adil itu diperlukan agar kita bertindak sesuai porsi, tapi karna kita ini bukan sedang menghakimi, kita ini bukan sedang membagi-bagikan harta gono-gini, maka rasa kasihan itu patutlah lebih besar dari rasa adil. Bahkan adil pun sejatinya tetap melibatkan rasa kasihan.
Namun, tentu saja 

Nah, kalau di dunia saja rasa kasihan itu jadi lebih penting, sudah sepantasnya di akhirat kita juga sangat butuh rasa kasihanNya Allah daripada diperlakukan secara adil oleh Allah. Kenapa? Karna dosa kita sudah pasti, namun amal ibadah kita belum tentu diterima oleh Allah subhanahu wata'ala, maka sombong sekalj kita kalau meminta Allag untuk menghitung dan memperlakukan amalan-amalan kita secara adil. Bisa-bisa lama sekali kita dihisab dineraka dan tak mencium bau surgaNya Allah. Jadi, mintalah belas kasihanNya Allah. Mintalah iba dan simpatinya untuk memaafkan segala bentuk kelalaian kita dalam beribadah. Minta belas kasihNya agar dosa-dosa yang sudah pasti itu mendapatman ampunan dariNya. 
Maka tulisan ini pun berhubungan kembalj dengan tulisan saya sebelumnya yang berjudul "Selain Minta Ampunan, mintalah RahmatNya Allah".
Sekian. Semoga malam yang panjang ini, Allah catat sebagai kebaikan untuk saya dan mendatang kebaikan untuk yang membaca tulisan saya. Aaamin yaa Robbal 'Alamin. Wallahu A'lam.

Note: Rasa kasihan itu hanyalah satu pintu dari beberapa pintu cinta. Harus tetap ada rasa sayang, rindu, dan cinta itu sendiri. Perasaan bahagia dan senang ketika bersamanya. Terus berdoa untuk didekatkan pada Allah dan agar semua alasan-alasan mencintai itu menjadikan kita mudah meraih ridho-Nya.



Tarikolot, Bogor - 10 Maret 2025 M / 10 Ramadhan 1446 H.