Segelas air dihadapanmu, kalau bukan rezekimu tak akan terteguk olehmu. Pun sebaliknya.
Sebuah pesan WhatsApp masuk. Komentar pada status yang beberapa menit lalu saya publish dari seorang guru saya, hafidzahullah.
Beliau bercerita tentang bekalnya yang ia tenteng-tenteng dari Kupang hingga 2 hari perjalanan ke Riung, akhirnya dinikmati oleh para santri di sana.
MaasyaAllah. Sebuah contoh kisah nyata dari isi status saya yang sebenarnya saya publish sebagai bahan refleksi untuk diri saya sendiri atas beberapa hal yang belakangan terjadi dan perencanaan kedepannya.
"Segelas air di hadapanmu, kalau bukan rezekimu, tidak akan terteguk olehmu.Doa-doa yang terus kau langitkan, meski terasa mustahil, jika Allah bilang itu rezekimu, maka akan kau dapatkan" -Status WA arcieved 05112024
Begitulah Allah mengatur rezeki. Meski apa yang kita jaga dan kita usahakan pada akhirnya tidak kita nikmati dalam perut, mungkin kita mendapatkan kebaikan dan rahmat dari usaha yang telah kita lakukan jika Allah ridho, atau kita mendapat nikmat lain dari nikmat yang hilang tersebut yang bahkan bisa saja lebih baik.
Tapi bukan berarti kita tidak berusaha. Meski pemikiran kita Allah kan sudah jamin rezeki kita akan diberikan sampai wafatpun rezeki itu akan sempurna diberikan sesuai ketentuan yang telah Allah tulis. Tapi meski begitu, harus ada ikhtiar dari kita untuk mendapatkan rezeki tersebut. Sekecil apapun sebuah ikhtiar itu. Meski itu hanya sekedar bersilaturahim lalu mendapatkan seteguk air, atau melangkah ke masjid dan dihadiahi nasi kotak gratis. Ataupun sengaja berdehem ketika tenggorokan seret ketika jadi pemateri agar diberikan sebotol air, adalah sebuah ikhtiar. Hehe.
Tetapi ada juga loh pendapat tentang mendapatkan rezeki tanpa perlu berusaha.
Cerita Tentang Rezeki
Teringat kembali perbedaan pendapat antara 2 ulama besar kita dalam hal rezeki. Imam Malik bin Anas dan Imam Syafi'i.
Imam Malik berpendapat bahwa rezeki itu datang tanpa sebab. Seseorang cukup bertawakkal dengan benar, niscaya Allah akan memberi rezeki.
"Andai kalian bertawakkal pada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, maka Allah akan memberikan rezeki pada kalian, sebagaimana dia memberikan rezeki pada burung yang pergi dalam keadaan lapar dan pulang dakam keadaan kenyang."
Lalu Imam Syafi'i bertanya,
"Ya syaikh, seandainya burung itu tidak keluar dari sangkarnya, bagaimana dia bisa mendapatkan rezeki?"
Cerita kemudian berlanjut tentang Imam Syafi'i yang mendapatkan sekantong anggur setelah membantu beberapa warga memanen anggur, lalu Imam Syafi'i datang kepada Imam Malik untuk membuktikan bahwa usaha dulu baru dapat adalah betul. Namun Imam Syafi'i malah tertawa karena apa yang terjadi juga membuktikan bahwa ia mendapatkan rezeki anggur yang dipikirkannya tadi siang dengan cukup bertawakkal saja. Dan akhirnya mereka tertawa bersama-sama.
Lalu Imam Malik pun menjelaskan tentang beberapa jenis rezeki, yang ada 8 itu.
Nah, ini menunjukkan bahwa hadits tentang rezeki yang telah tertakar itu memang benar adanya.
Terkait rezeki ini, mari kita simpulkan saja bahwa "Tubuh harus tetap berusaha tanpa menyerah, tapi hati selalu bertawakkal (pasrah) pada Allah"
Seperti cerita Siti Hajar yang berlari antara Shofa dan Marwah dan ternyata mendapatkan air di tempat yang tidak disangka-sangka.
Jadi kita perlu menerapkan
"Famsyuu fii manākibiha" sebelum
"wakulū min rizqihi"
Lalu, ketika diberikan sudah suatu rezeki atau nikmat, dalam bentuk apapun itu, jika kita syukuri, InsyaaAllah akan Allah tambah. Dan itu adalah janji Allah.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Laiin syakartum, la aziidannakum.
Dengan bersyukur, nikmat tak akan terhenti.
Aku pasti akan menambah nikmat-nikmat yang telah kamu dapat. Dalam bentuk apapun itu, jika kamu bersyukur.
Bunyi kalimat yang berbunyi kepastian karna diawali La dengan tulisan panjang tapi dibacanya berbunyi pendek. Namun artinya, hal setelahnya itu, tidak akan didapat kecuali semua syarat dipenuhi. Yang mana yaitu "JIKA KITA BERSYUKUR"
Bersyukur diberi gaji 300.000, mungkin saja Allah beri tambahan rezeki dengan kita merasa cukup karna pengeluaran rutinan kita hanya 150.000, jadi 150.000 lainnya bisa ditabung.
Bersyukur ketika diberikan nikmat beribadah meski dalam keadaan sakit yang parah, mungkin saja Allah akan berikan kemudahan pada nikmat beribadah itu sendiri. Atau lain sebagainya. Kita tidak pernah tau bagaimana Allah menambahkan nikmat untuk kita.
Karna kalau nikmat itu berupa uang yang melimpah, uang 1M pun bisa terasa kurang jika kita tidak bersyukur dan punya pengeluaran 2M.
MaasyaaAllah.
Wallahu A'lam Bishshowab.
Semoga Allah subhanahu wata'ala menjadikan kita hamba yang bersyukur.
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّلِحِينَ
اللَّهُمَّ أَعِنى عَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي الأمْرِ وَالْعَزِيمَةِ عَلَى الرَّهْدِ وَأَسْأَلُكَ مُكْرَ نِعْمَتِكَ وَحُسْنَ عِبَادَتِكَ وَأَسْأَلُكَ قَلْبًا سَلِيْمًا وَلِسَانًا صَادِقًا
Pulau Longos - Labuan Bajo, 05 November 2024
0 Response to "Segelas air dihadapanmu, kalau bukan rezekimu tak akan terteguk olehmu. Pun sebaliknya."
Silahkan tinggalkan komentar di sini. - Please, leave a comment here.