Jangan Seperti Nabi Yunus, Lah~
Tafsir Jalalayn: (Maka bersabarlah kamu terhadap ketetapan Rabbmu) terhadap mereka, sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya (dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam perut ikan paus) dalam hal ketergesa-gesaannya dan ketidaksabarannya, yaitu sebagaimana Nabi Yunus a.s. (ketika ia berdoa) kepada Rabbnya (sedangkan ia dalam keadaan marah) terhadap kaumnya, hatinya penuh dengan kemarahan sewaktu ia berada di dalam perut ikan besar itu.
Tafsir Quraish Shihab: Bersabarlah atas penangguhan yang diberikan kepada mereka dan penundaan bantuan kemenangan kepadamu. Jangan seperti Yûnus--yang dimakan ikan hiu--yang tidak sabar dan marah kepada kaumnya ketika ia menyeru kepada Tuhan-Nya dalam keadaan marah seraya meminta agar azab mereka disegerakan.
Bersabar dalam menghadapi takdir dari Allah ini yaitu dengan menyikapi keadaan tanpa berkeluh-kesah, tidak marah-marah, serta menerima dengan tunduk dan sempurna. Ketika menghadapi kesulitan dalam kehidupan sehari-hari, kita harus berserah diri kepada Allah sebagai kunci untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut. Berdo'a, beristighfar agar diberikan pertolongan (Albahjah.or.id)
Buya Yahya mengatakan ayat diatas tadi menekan tentang kesabaran. Bagaimana seorang juru dakwah itu harus sabar dalam menyerukan kepada kebaikan dan tidak meninggalkan kaumnya.
wait a minute..... Juru dakwah. Saya kan bukan pendakwah. Well, meskipun pekerjaan yang saya tinggalkan ini ada urusannya dengan dakwah. Tapi Ibu saya lebih penting. Toh saya bisa berdakwah lewat mana saja. Keluar dari pekerjaan ini bukan berarti mejadikan saya berhenti berdakwah. Mungkin ini yang tadi beliau tekankan di saya. "Biar kamu itu ke sana, masih bisa melakukan banyak hal. Tidak sia-sia."
Sudah saya pikirkan, kok. Meski saya mungkin bilang saya tidak punya rencana pasti kedepannya, tapi bukan berarti saya hanya diam saja. Saya akan melakukan hal-hal yang membuat saya tetap produktif. Dan saya tidak bisa menceritakan kepada beliau saat ini.
Satu hal keadaan yang ada dalam cerita nabi Yunus, yaitu Nabi Yunus 'alaihissalam digambarkan bosan dan terburu-buru (tidak sabar) terhadap sikap kaumnya. Nabi Yunus merasa tidak dihargai dan kecewa atas respon negatif dari kaumnya. Yah, banyaklah tafsir alasan mengapa Nabi Yunus ini meninggalkan kaumnya.
Di dalam Persyarikatan kita dihadapkan pada berbagai dinamika yang cukup tinggi, hampir sepanjang waktu. Ada kalanya kita merasa senang karena kita bisa berkiprah dan mendapat sambutan positif dari jamaah. Namun tidak jarang kita dibuat kecewa karena gagasan dan langkah kita kurang mendapat perhatian seperti yang kita harapkan. Oleh karena itu tidak heran kita sering mendapati sebagian warga yang mutung, patah hati, tidak mau lagi mendukung atau mengikuti kegiatan di Persyarikatan. Padahal dia telah diberi amanah oleh jamaah. Dia mutung mungkin karena merasa tidak dihargai atau aspirasinya tidak diperhatikan. Sebagai seorang kader tentu sikap dan tindakan seperti itu tidak pantas dilakukan. - Dikutip dari suara Muhammadiyah
Baiklah, saya paham bahwa beliau mendudukkan saya dan mengingatkan tentang cerita Nabi Yunus 'alaihissalam ini agar beliau tau dengan jelas bahwa saya mengundurkan diri bukan karena alasan yang menyalahi syari'at. Sudah saya pikirkan, InsyaaAllah saya pergi dengan berbagai macam alasan. Meski ada rasa bosan, tapi saya bukan mutung dan tidak lagi mendukung kegiatan dakwah. Saya masih punya semangat untuk melanjutkan perjuangan di lembaga ini, tapi saya harus pulang terlebih dahulu dan itu bukan dengan mengambil cuti.
"Bagaimana? Tadi saya bilang jangan seperti Nabi Siapa?" Suara itu memecah keramaian dalam kepala saya.
Saya diam tak menjawab.
"Iya. Jangan terburu-buru. Kapan mau perginya? Bisa tidak ditunda dulu?"
Saya sudah tidak tau mau menjawab apa.
Sampai saya pamit pulang pun, diatas motor saya jadi banyak diam. Isi kepala saya masih penuh dengan perbandingan keadaan diri saya dan keadaan Nabi Yunus.
Jadi apakah saya seperti Nabi Yunus? Terburu-buru? Saya rasa tidak. Saya sendiri merasa berat dengan keputusan ini, tapi itu sudah kupertimbangkan baik-baik.
Ah, sudahlah. Saya dapat pelajarannya. Orang lain bisa menilai. Saya yang melakukan.
.
08 Jan 2024
Saya setuju, tentunya kasus yang mbak alami beda dengan kasus nabi Yunus AS. Nabi Yunus ada mission buat ummatnya, sementara mbak atau kita-kita hanya individu yang mengabdi ke satu instansi.
ReplyDeleteIya Mbak. Kita bisa ambil pelajaran dari apa yang sudah terjadi pada nabi Yunus.😊
DeleteNabi Yunus kekasih Tuhan dan sangat dekat dengan Tuhan.
ReplyDeleteWalau beliau salah, tapi Tuhan tetap memaafkan. Dan hasilnya juga akan tetap baik
Pokoknya jika kekasih Tuhan, walaupun salah akan tetap dianggap benar.
Nah kalau manusia era sekarang, kadang benar saja masih dianggap salah sama Tuhan
Sabar dan sabar