Sharing pengalaman berlayar dengan Kapal PELNI
Pengalaman berlayar lima hari dengan KM. AWU Surabaya-Kalabahi
Hai...
Mau sedikit berbagi pengalaman nih. Tentang gimana aku menghabiskan lima hari
pelayarn dari Surabaya sampai ke Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur.
Jadi
ceritanya setelah sejak SMP hingga kuliah merantau ke tanah Jawa dan
bolak-balik mudik ke Nusa Tenggara Timur hanya melalui jalur udara, bulan
November 2019 lalu, saya akhirnya bisa mencicipi perjalanan laut yang selama
ini selalu kurencanakan tapi gagal terus.
Penasaran
sekali tentang perjalanan menggunakan kapalnya sih tidak. Karena bolak-balik
Alor ke Kupang selalu melalui laut yang paling lama ditempuh dalam 12 jam. Saya
hanya penasaran bagaimana rasanya selama hampir satu minggu berada dalam kapal,
lalu sekalian hitung-hitung bisa singgah ke Bali dan NTB. Kan lumayan tuh bisa
diceritain saya sudah pernah ke NTB, kesini kesana, padahal mah Cuma singgah di
pelabuhannya aja. Hihihii.
Jadi
perjalanan laut ini dimulai dari pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Dari sini
saya ingin menceritakan beberapa poin yang menurut saya perlu diceritakan.
Siapa tau ada yang belum tau atau sedang mencari infonya.
Persiapan pembelian tiket KM.AWU
Karena
yang saya tau dari perjalanan kapal yang biasa kami tempuh dalam jarak pendek,
tiket kapal bisa dibeli saat akan berangkat, atau dua sampai tiga hari sebelum
keberangkatan (kecuali musim mudik), saya jadi tidak terlalu tergesa-gesa dalam
menanyakan ini dan itu perihal pembelian tiket.
Tapi
kemudian saya baru tau info bahwa sebaiknya tiket dibeli dua minggu sebelum
keberangkatan. Sambil kita mengecek-ngecek jadwal masuk-keluar kapal pada bulan
keberangkatan kita. Dan sebaiknuya kita membeli tiket langsung pada pihak PELNI
(kantor utama maupun cabang)
Saya
punya sedikit cerita nih… (Kalau mau di baca silahkan sekrol box dibawah, skip
juga boleh kok)
Ceritanya…. Posisi saya saat sebelum berangkat adalah di Bandung, saya meminta tolong pada senior saya yang kebetulan punya kenalan orang di Pelabuhan untuk mengecek jadwal kapal AWU Surabaya-Kalabahi pada bulan Oktober. Waktu itu saya menanyakan infonya pada awal Oktober. Dari sini, saya mendapat info bahwa KM. AWU dengan keberangkatan Surabaya-Kalabahi ada di tanggal 27 Oktober.
Saya sudah sibuk menginstall aplikasi PELNI untuk persiapan mengecek harga tiket. Tapi jujur saja, dalam kurun waktu satu tahun, saya beberapa kali mencoba buat akun dan login kesana, selalu berakhir gagal.
Memasuki tanggal 15 Oktober, kerabat saya di Surabaya mengatakan bahwa tiket akan dibeli di Pelabuhan jika kami sudah berada di Surabaya. Setibanya di Surabaya, tanggal 23 Oktober, saya diberi tau bahwa jika ingin berangkat tanggal 27 Oktober, maka harus segera beli tiket saat itu juga karena waktu yang paling baik dalam membeli tiket dengan tujuan perjalanan yang panjang ini adalah dua minggu sebelum keberangkatan. Maka tergopoh-gopohlah saya menuju kantor PELNI yang ada di Taman Pahlawan Surabaya.
Sesampai di kantor PELNI, info bahwa KM.AWU Surabaya-Kalabahi keberangkatan tanggal 27 Oktober memang benar akan tetapi tiket yang tersedia hanya sampai di Bali saja. Selebihnya, sampai di Bali, kami harus membayar uang lagi tanpa mendapatkan lembaran tiket, yang artinya kami tidak mendapat jatah makan juga. Karena makanan bisa diambil kalau kami mempunyai tiket. Akhirnya, saya putuskan untuk berangkat pada jadwal kapal selanjutnya yaitu 10 November 2019.
Kesimpulannya, sebaiknya tiket dibeli paling cepat dua minggu sebelum keberangkatan dan langsung dibeli di kantor resmi PELNI (dan cabangbya) agar segala sesuatunya bisa dipertanggugjawabkan dengan benar.
Dan…
Ini dia keadaan di dalam dek empat dalam perjalanan dari Surabaya-Denpasar.
Penumpang sepi dalam pelauaran Surabaya-Denpasar |
Bagaimana makan dan minum selama di atas kapal?
Hal
yang saya penasarankan juga adalah bagaimana makan dan minum ditasa kapal.
Karena perjalanan laut Alor-Kupang yang saya tempuh biasanya tidak mendapat
pembagian makanan.
Ternyata,
makan dan minum di atas kapal sangat terjadwal dengan rapi. Sarapan dibagikan
jam 6 pagi. Makan siang dibagikan jam 10 atau 11. Dan makan malam dibagikan
saat akan masuk Maghrib.
Kalian
mungkin penasaran bagaimana makanan dibagikan satu persatu pada penumpang? Saya
juga. Jawabannya, pada saat jadwal makan tiba, petugas akan mengumumkan bahwa
makanan telah siap dan bisa diambil di pantri/dapur yang ada di dek 4, dan para
penumpang dimohon untuk berbaris mengantri disana untuk mengambil jatah makan
dengan membawa tiket.
Wah!
Berarti bakal panjang banget dong!
Enggak
juga sih, dari pengalaman saya.
Tergantung
jumlah penumpang yang naik saat itu. Kalaupun panjang juga tidak sampai membuat
kita bosan (menurut saya). Kalau berangkat dalam rombongan, tidak perlu semua
anggota mengantri, cukup satu atau dua orang pergi mengantri untuk mengambil
kotak makan sekaligus minuman. Bahkan karena dalam kapal, kita tidur
bersebelahan dengan satu kasur yang dijejerkan sesuai nomor, kita kadang jadi
bisa berakrab-arab ria dengan penumpang sebelah kita yang mana bisa berlanjut
dengan saling bergantian mengambilkan makan dna menjaga barang ketika kita
hendak meninggalkan tempat tidur.
Bisa
ambil dobel-dobel nggak makanannya?
Tentu
saja tidak.
Saat
pengambilan kotak nasi, ada petugas yang sudah siap dengan entah pena, stabillo
atau apapun unutk mencoret simbol atau tanda yang menunjukkan bahwa jatah saat
itu telah diambil.
Ini
dia penampakan kotak nasi.
Btw,
jangan banyak ngeluh sama lauk pauknya ya. Namanya juga kita di atas kapal dan
memasak untuk orang banyak. Mungkin ada bumbu yang kurang terasa atau lauk yang
kurang memuaskan. Sabar, orang yang bersafar termasuk dalam orang-orang yang
sedang diuji dan juga disayang Allah.
Oke. Mandinya gimana tuh?
Salah
satu hal yang terbersit juga saat akan melakukan perjalanan ini adalah. Gimana
ya nanti mandinya?
Tenang
guys, didalam sudah ada kamar mandi dan toilet yang telah disediakan cukup di
setiap dek. Kamar madinya tentu yang menggunakan lata shower, sehingga kita tak
perlu menggayung-gayung lagi. Kalau toiletnya toilet jongkok, dengan cebokan
semprot dan siraman tinggal tekan macam di toilet jongkok punya.
Toiletnya
cukup bersih dalam perjalanan saya ini karena penumpang yang tidak terlalu
tumpah ruah, sehingga petugas kebersihan bisa selalu ontime mengontrol
pemakaian kamar mandi saat waktu bersih-bersihan tiba.
Antri
gak?
Well,
antri sih pasti dong. Tapi jam-jam sepi adalah jam Sembilan pagi sampai sebelum
dhuhur, lalu Maghrib hingga Shubuh datang. Saya biasa mandi diantara
waktu-waktu itu. Mandi pagi ya jam 3 pagi sebelum Shubuh.
Pagi
amat. [eh, atau malam amat?]
Percayalah.
Kamu tidak terlalu peduli tentang itu saat diatas kapal. Yang kamu tau, WC sepi
dan udara terasa panas.
Kalau
bisa, jangan mandi saat tiga jam sebelum kapal akan tiba di pelabuhan
selanjutnya. Karena biasanya akan penuh dengan antrian penumpang yang mau turun.
Ini
belum kalau musim mudik loh ya. Kalu musim mudik kayaknya antrian akan lebih
panjang dan kapal akan jadi lebih tumpah ruah penumpang sampai lantai dipenuhi
kasur-kasur dan tikar-tikar lalu udara jadi semakin panas.
Dimana dan gimana sholat diatas kapal?
Alhamdulillah,
musholla disediakan di dek 6. Mushlla adalah tempat paling dingin dan sejuk
diatas kapal karena kipas anginnya banyak dan pedinginnya kencang.
Biasanya
akan ada pengumuman tiap waktu sholat Shubuh, Dhuhur dan Mahgrib yang kemudian
disusul dengan Adzan.
Kok
cuman tiga?
Karena
ini perjalanan panjang, Ashar biasanya di jamak qashar dengan Dhuhur dan
Maghrib dengan Isya’. Sehingga kalau kamu orang yang tidak mau menjamak sholat,
kamu perlu memperhatikan waktu sholat Ashar dan Isya ya.
Sehabis
Shubuh, biasnaya ada kultum yang bisa diisi oleh siapapun yang mau berbagi
ilmu. Dan saat malam jum’at diadakan pembacaan Yasin.
Alqur’an?
Tenang. Di Musholla banyak. Di Hp kan juga ada.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
- Pertama, tentu saja tiket adlah hal penting, jadi jangan sampai hilang kecuali sudah sampai di pelabuhan tujuan.
- Kalau bawa anak kecil dalam perjalanan, ada baiknya bawa termos air panas. Air panas disediakan gratis, yang mana bisa diambil sendiri di pantri. Ini bisa berguna juga kalau mau makan pop mie. Karena air panas yang dibawa berkeliling oleh petugas penjualan, tentu harys ditukar dengan uang.
- Harga diatas kapal tentu lebih mahal dua kali lipat. Jadi siapkan apa-apa yang kira-kira akan dibutuhkan (Pembalut, sabun, shampoo, dll). Bawa jajanan atau camilan, teh atau kopi serta gelas dan pop mie secukup yang dibutuhkan.
- Sediakan gelas, tempat kecil untuk sedikit garam atau lombok (cabai) untuk penolak rasa makanan dan lauk diatas kapal.
- Sedia kipas angin listrik mini. Sandal mungkin perlu diperhatikan juga untuk dipakai saat ke WC.
Nah itu dia sedikit yang bisa saya bagi dari pengalaman
saya. Semoga bermanfaat untuk yang membaca. J
hahahaha, baru pertama kali naik kapal Pelni kah say?
ReplyDeleteSaya mah sejak dulu udah sering naik kapal Pelni, bahkan dulu kan belum ada bandara di Buton, saya pertama kali ke Jawa ya naik kapal pelni :D
Ngomongin makanannya, dari dulu sampai sekarang nggak berubah deh, selalu telur dan telur. atau ikan laut.
Sayurnya kol dan wortel hahaha.
Ya maklum sih di atas kapal.
Tapi yang berubah adalah tempat makannya, dulu tuh kita antri di pantri dan kita dikasih makanan di omprengan gitu, semacam piring di penjara hahaha, dari seng.
Kalau sekarang udah keceh pakai box.
Saya juga dulu sering naik ambil kelas gitu, makannya di restoran, tapi sama saja sih lauknya ya sama hahaha.
Bedanya kita makannya di meja makan, dengan piring yang bersih dan kadang diiringi lantunan lagu band gitu :D
Iya nih... Sudah pernah tp waktu kecil mungkin jadi gak inget.
DeleteWah... Dr Sulawesi ke Jawa brapa lama tuh?
Mungkin lauknya selalu telur sama ikan karna itu yang paling bisa bertahan lama di jalan kali ya.
Oh iya.. Saya tau yg dr seng itu kadang ada di rumah sakit juga.
Kalau ke kafe diatas paling yg beda ya ada ayam goreng tp mahalnya subhanallah 😅 udah gitu rasanya hambar.. Ya Allah.