Rintangan bagi seorang blogger #5: Keluarga
Yang namanya rintangan dalam mencapai suatu tujuan itu bisa terjadi dalam bentuk apa saja. Begitu juga dengan jadi seorang blogger yang kalo bagi orang yang belum menjalani, terlihat gampang-gampang aja. Mudah aja. Nulis, posting, beres. Padahal, seperti yang sudah saya posting sebelum-sebelumnya, ada rintangan gak punya kuota, kehabisan ide, kehabisan gambar referensi, dll. Iya, kebanyakan kita kadang menganggap enteng apa yang dilakukan orang lain sampai kita sendiri yang melakukannya.
Rintangan dan tantangan bisa datang dari segi dan aspek apa aja. Bahkan dari orang yang kita kira akan mendukung kita, penuh. Dan rintangan jadi blogger muda “ala-ala” kayak saya yang masih numpang tinggal di rumah orangtua, adalah tanggapan keluarga yang kurang terbuka pada teknologi.
Maksudnya gimana?
Jadi…. ketika saya punya ide nulis, lalu membuka hp untuk sekedar mebuat draft/note kecil, saya akan dianggap sebagai perempuan malas yang tidak punya kerjaan lain lalu hanya bisa mengutak-atik hp tak tentu arah. Tinggal dengan ibu yang menjudge jelek segala hal yang berkaitan dengan hp, maaf, maksud saya menjudge jelek segala hal yang saya lakukan yang berkaitan dengan hp adalah rintangan yang saya hadapi dalam menjadi blogger.
Yap! Pegang hp sedikit, sudah kena kultum. Nengok hp dikit, “persidangan” digelar. Kelihatan lagi pegang hp, yang diomongin langsung dosa dan siksa neraka. Ini beneran. Saya tidak sedang melebih-lebihkan disini. PadahaI hp adalah anugerah terindah untuk seorang yang punya kesukaan nulis karena para ide yang kadang suka muncul tiba-tiba itu bisa di tulis draft dulu di aplikasi note yang ada di hp. Ye kan, ye kan? Iye lah…
I mean, of course I will write anything pops on my mind right on phone so that I can set the note as a plan with alarm cause turning on my laptop will set not just a bit but a big chaotic situation in the middle of doing home-work only to write one or two paragraphs. Iyap, kalau buka laptop mah gak terlalu diomelin. Hmph… Begitulah. Tentu saja seorang yang tidak suka menulis tidak mengerti betapa berharganya sebuah ide yang tiba-tiba muncul dan harus segera dituangkan agar tidak terlupakan.
Akhirnya mulailah saya menulis di notebook saja ketika ada ide muncul, namun, karena tentu saja menulis dan menyusun kalimat itu kadang membutuhkan sedikit ketenangan seperti tidak akan disamperin adik kecil, de el el, maka saya memilih menulis dikamar yang mana saya akan terlihat lama mengurung diri di kamar.
Daaaaaan. Salah lagi!
Agak lama dikamar dinilai sebagai sikap tidak peduli dan tidak peka terhadap pekerjaan rumah yang sedang menanti. Padahal pekerjaan rumah yang dimaksud kadang tidak urgent-urgent amat, sedangkan ide yang ada dalam kepala saya ini harus segera dituangkan agar saya tidak lupa dan punya topic untuk postingan baru di blog. Padahal masuk untuk menengok apa yang sedang saya lakukan saja tidak. Nanti saya jelaskan bahwa saya sedang begini, begitu, malah marah-marah bilang saya membantah. Pasti sedang main hp. Padahal saya dengan sengaja sudah meninggalkan hp di ruang tengah agar beliau bisa lalu-lalang dan melihat bahwa saya ada dikamar tanpa membawa hp. Hihi. Agak repot memang.
Tulisan ini saja sudah melalui draft di hp dan notebook dulu. Hehe. Agak repot memang. Tapi tak mengapa. Syaa suka menulis dan mengetik dan seperti ini membuat saya bisa membaca tulisan yang akan saya posting beberapa kali.
OK. Itu dia tantangan jadi blogger poin #5 ala Ummu’s pages sejauh ini. Saya tidak bermaksud menjelek-jelekkan orang tua saya. Mungkin saya memang terlihat pemalas dimata mereka. Saya hanya mencoba menuliskan fakta rintangan yang saya hadapi dalam dunia perbloggeran ini.
Salam!
0 Response to "Rintangan bagi seorang blogger #5: Keluarga"