Beranda Facebook(ku) toxic
Hai... Jumpa lagi dengan post random tidak berpondasi dari isi kepala di blog Ummu's pages.
Jadi... Belakangan ini, saya termasuk ke barisan orang yang sering ketawa-ketiwi sendiri.
Mungkinkah
gila? Karena katanya penyakit gila bisa saja datang ketika seseorang sedang
berhadapan dengan benda persegi panjang bernama gadget, bertitel smartphone.
Tentu
saja semua ketawa itu ada penyebabnya. Ketawanya pun terbagi jadi beberapa
macam. Bisa jadi ketawa itu adalah ketawa karena melihat hal lucu, ketawa
sinis, ketawa getir, atau bisa jadi ketawa karena merasa sewot dengan hal yang
dilihat.
Dan dua
tahun belakangan ini, ketawa disertai perasaan sewot itu semakin sering saja
terjadi ketika caption dan status ala anak-anak ABG labil zaman now bertebaran
di beranda Facebook saya. Sebuah resiko yang sudah saya pertimbangkan memang
ketika tahun 2015 kemarin, tombol konfirmasi pertemanan di akun Facebook saya
"jebol".
Sebenarnya
orang-orang yang saya konfirmasi adalah orang-orang yang "setidaknya saya
tau dia", meski tidak kenal dia. Yup! Karena bagi saya, tau dan kenal
adalah dua hal berbeda. Tapi ternyata saya baru ingat kalau dulu, zaman kelas
tujuh, -awal kenal Facebook, saya adalah orang yang suka sekali asal klik
konfirmasi pertemanan. Jadinya ya, ada saja akun-akun dengan nama dan wajah
asing yang berseliweran di beranda.
Kemudian
belakangan ini saya sadar bahwa membuka beranda Facebook saya sekarang, jadi
hal yang mulai kurang menyehatkan bagi saya.
Bagaimana
tidak jadi hal yang kurang menyehatkan?
Dikarenakan
saya hanya sekedar tau seseorang saat mengkonfirmasi pertemanan, saya jadi hanya
bisa mengomel-ngomel sendiri ketika postingan status-status "aneh"
muncul di beranda saya. Status putus-nyambung, status galau binti kesepian
karena pacar bertebaran begitu buka beranda Facebook. Status marah-marah saling
memaki bertebaran. Bikin saya yang buka Facebook dalam keadaan hati yang damai
jadi ikut kesal sendiri lalu kepo.
Ingin
berkomentar, khawatir menyinggung. Meskipun ada yang langsung saya komentar
kalau memang hal yang perlu dikomentari adalah hal yang sudah jelas salah atau
benarnya. Kalau masih jadi hal yang perlu diperdebatkan, maka saya pilih-pilih
orang. Kalau saya kenal orangnya, pasti dah saya kasih komentar entah di publik
atau direct message.
Akibat
ngomel-ngomel sendiri ini, saya jadi merasa memupuk dosa. Habisnya saya jadi
ngomongin status-status yang bikin saya sewot itu ke teman-teman saya di dunia
nyata. Sungguh toxic sekali. Makanya sekarang saya jarang membuka beranda
Facebook, dan ketika ada kesempatan buka.. maka mulailah saya
"menjebolkan" tombol hapus pertemanan
Alhamdulillah...
Syukurlah aplikasi Facebook sekarang semakin pintar saja. Jadi ketika buka
beranda, postingan-postingan yang diunggah oleh akun-akun yang sering
berinteraksi dengan kita, atau unggahan akun yang telah kita atur bintang untuk
dilihat pertama di beranda, akan muncul paling atas. Sehingga setidaknya begitu
buka beranda, saya tidak perlu serta merta bersewot-sewot ria.
Saya
ingat lagi kalau saya juga dulu mungkin pernah "alay" di Facebook. Karena
bagaimanapun juga, orang punya cara masing-masing untuk menghibur diri. Mungkin
hal-hal yang saya sewotkan itu, adalah hal-hal yang sebenarnya sederhana yang
bikin mereka bahagia. Mungkin hati saya saja yang kurang damai makanya
dikit-dikit sewot.
Semuanya
kembali ke diri saya sendiri. Kalau memang tidak suka, tidak nyaman ya tinggal
"unfriend"
\
Udah dah sekian aja postingan random kali ini .
0 Response to "Beranda Facebook(ku) toxic"
Silahkan tinggalkan komentar di sini. - Please, leave a comment here.