Satu bulan Mengidap Phone Anxiety Stage 1 [Tingkat Ringan]
Kalau di jaman now ini, kebanyakan
masyarakat mengalami gejala Fear Of Missing Out (FOMO);
yaitu keadaan dimana seseorang tidak bisa lepas alias ketergantungan sama smartphone atau
yang lebih sering kita sebut hp. Ia jadi candu terhadap media sosial, dan
merasa cemas dan kurang update ketika
tidak bisa mengakses internet karena berbagai macam hal.... (ini
pengetahuan baru dari Om bisot di WAG - Kelas Blogging
NTT nih, hehe)
Nah... Ada juga
orang-orang yang mengalami mengalami hal yang sedikit berbalik belakang dari
FOMO, yaitu gejala Phone Anxiety. Atau ada juga beberapa keadaan
dimana, seseorang mengalami gejala FOMO dan juga mengalami gejala phone
anxiety.
Phone anxiety?
Yup! Awalnya saya menyebutnya
sebagai phone phobia,
tapi kayaknya phone phobia itu
sudah masuk stage yang parah deh (dalam
kesimpulan yang saya baca sih), lalu ketika saya cari kata kunci ‘Menjauhi telepon dan pesan di hp’ ke
mbah Google, artikel kedua yang muncul ialah Mengenal phone anxiety dari vemale.com.
Jadi….. mari kita sebut
saja phone
anxiety.
Phone = Telepon
Anxiety = Gelisah/Cemas
Kalau dalam pengertian yang saya simpulkan, phone anxiety itu semacam gejala takut hp gitu. Namun bukan berarti takut hanya dengan melihat hp saja, tapi cemas/takut untuk berbicara dengan orang-orang melalui telepon.
Jadi….
Tepat sebulan sudah, (lebih
beberapa hari sih..) saya mendiagnosis diri saya sendiri, bahwa saya
mengalami phone anxiety Tingkat
Sungguh Sangat Ringan Sekali.
Saya sebut begitu karena
saya bukannya selalu mengalami rasa takut dan gugup ketika ada pesan ataupun
telepon masuk di hp saya. Tidak. Saya juga tidak sampai menjauhi semua
telepon dan panggilan serta pesan dari media-media sosial jaman now.
Saya tetap asyik
ber-medsos dan membalas pesan-pesan yang sungguh perlu untuk dibalas. Bahkan
saya tenggelam dalam keasyikan blog walking.
Namun dalam satu bulan
itu, saya hanya merasa cemas ketika akan membalas semua pesan-pesan serta
mengangkat telepon yang masuk dari orang-orang tertentu saja. Siapa mereka?
Teman-teman dekat dan saudara-saudara sepupu saya.
Loh? Kok?
Jadi…. mereka-mereka yang
saya hindari ini adalah orang-orang yang biasanya menjadi tempat saya berbagi
cerita alias curhat apapun melalui telepon karena jarak yang memisahkan saya
dan mereka. Tetapi dalam sebulan itu, saya memutuskan kontak dengan mereka dan
tidak juga membalas sapaan "hai" dari mereka di medsos.
Kenapa akhirnya saya mengalami phone anxiety tingkat sungguh sangat ringan sekali ini?
Tentu saja semua itu ada
alasannya.
Nah… Setelah saya
pikir-pikir dan list, ternyata ini dia beberapa penyebab phone anxiety yang
saya alami:
Saya tidak tau apa yang
ada di dalam pikiran lawan bicara saya.
Ketika berbicara di
telepon atau berkomunikasi secara pesan text di hp, kita tentu tidak tau apa
yang sebenarnya dipikirkan orang itu ketika mengeluarkan sebuah kalimat, karena
kita tidak sedang berada di hadapan mereka.
Menurut saya, setidaknya
jika kita mengobrol secara langsung alias tatap muka, kita masih bisa
meraba-raba isi pikiran lawan bicara dengan membaca roman air muka,
ekspresi/mimik, mata, nada suara, gerak badan, dan gerak bibir lawan bicara.
Tapi berbicara melalui
telepon membuat itu menjadi lebih terbatas karena kita kita hanya bisa
menerka-nerka melalui nada suara lawan. Dan akhirnya penyebab ini berimbas pada
penyebab selanjutnya.
Saya merasa bahwa saya
seperti sedang dihakimi oleh lawan bicara saya.
Ketika berbicara dengan
mereka, saya merasa bahwa apapun yang saya katakan atau apapun yang saya
lakukan akan dinilai salah di mata mereka.
Penyebab ini berasal dari
beberapa pertanyaan yang kerap diajukan kepada saya. Saya merasa bahwa semua
jawaban atau alasan apapun yang saya berikan kepada mereka dinilai dan kurang
tepat padahal menurut saya itu yang tepat. Karena perbedaan ini lah kemudian
lawan bicara memberikan reaksi atau komentar yang terkadang terasa seperti
sedang menghakimi saya.
Reaksi lawan bicara
menyinggung perasaan saya.
Sebelum akhirnya masuk
pada stage phone
anxiety, saya masih tetap saja menjawab telepon meski tau akan mengalami
skenario yang sama tentang merasa dihakimi itu. Tapi kemudian terjadilah reaksi
yang sungguh berada diluar dugaan saya yang akhirnya…..
Saya merasa gelisah,
tidak aman, dan malas.
Karena penyebab-penyebab
sebelumnya, saya akhirnya jadi enggan untuk mengangkat telepon dan membalas
pesan karena merasa bahwa saya akan menghadapi pertanyaan-pertanyaan itu lagi.
Melawan phone anxiety
Nah… Setelah satu bulan
lebih ini, saya malah jadi khawatir bahwa ini kemudian akan menjadi
kesalahpahaman oleh orang-orang yang saya hindari ini.
Kalau dipikir-pikir, ini
hal yang kurang bagus... Karena selama satu bulan phone anxiety itu
saya alami, selama itu pula, orang-orang terdekat saya ini tetap menghubungi
saya. Mereka terus menelpon meski tak saya jawab, dan terus mengirimi pesan
kepada saya, menanyakan kabar dan mengkhawatirkan keadaan saya.. meski pesan
mereka tak saya baca ataupun saya balas, padahal saya sedang online. (Ah...
Ini bikin saya terharu. π)
Saya pun khawatir bahwa
mereka akhirnya malah berpikiran bahwa saya ingin memutuskan tali hubungan yang
ada, dan akhirnya saya berhenti dan berusaha untuk melawan phone anxiety tingkat
sangat ringan ini.
Sebagai catatan lainnya: tentu saja kebanyakan manusia juga pasti akan merasa kesal ketika orang yang dihubungi tidak memberi respon apa-apa.
πFast respon dalam komunikasi itu
hal positif yang disenangi banyak orang.
#-----*-----#
Gimana? Kalian pernah mengalami ‘phone anxiety’ juga? Sama gak penyebabnya? Biasanya sih pada sama penyebabnya.
π
Saya sih bukan phone anxiety ya. Mungkin lebih kearah burn out. Kalau di kantor, pesan whatsapp nggak dibuka sampai lama. Soalnya jadi kepikiran dan kebanyakan yang harus dipikirkan.
ReplyDeleteOh iyaaa.
DeleteBisa jadi burn out.... Semangat terusssπ
Sejauh ini saya belum mengalaminya, kalaupun pernah mungkin hanya sedikit kekecewaan akibat sahabat yang biasa diajak curhat sudah tidak sama lagi seperti semula, tidak lagi asyik diajak bicara. Hanya itu saja sih...
ReplyDeleteOh iya.. Sepertinya beda kasus ya pak :)
Delete